Jumat itu, dalam rintik hujan
pada waktu petang, kau mengantarku pulang. Dengan membonceng motormu,
berlindung di balik jaket yang kau kenakan padaku, sedang kau sendiri
merelakan dirimu kehujanan. Jalan yang dilalui terasa lebih sunyi dari
biasanya. Ditambah pula diamku dan diammu, yang membuat makin terasa
sunyi. Aku ingin berbicara memecahkan keheningan, namun tak mampu,
suaraku rasanya tersekat di kerongkongan. Jika ku paksakan untuk
berbicara, maka yang mungkin keluar adalah isak tangisku. Petang itu,
dadaku terasa benar-benar sesak. Aku bertahan sekuatku untuk tidak
menangis, padahal bola mataku sudah mulai meremang hangat, tanda siap
mengalirkan air mata. Sesampainya di tujuan, aku turun perlahan. Ku
lepas jaket yang sedari tadi melindungiku dari dingin air hujan, dan ku
serahkan kembali padamu. Saat beradu pandang, jantungku kembali berdegup
kencang. Perasaanku campur aduk tak karuan. Dari tatapanmu terpancar
sebuah bahasa mata yang tak dapat ku pahami. Matamu seolah berkata-kata
dan ku tak mengerti apa artinya, mungkin hanya kau dan Tuhan yang tahu.
Berat langkah kakiku, sebenarnya aku enggan untuk beranjak, namun aku
harus pergi. Sekali lagi ku pandang wajahmu lekat-lekat, ku temui
tatapan matamu yang masih juga tak ku pahami. Aku pun pergi dan tidak
melihat ke arahmu lagi. Kau masih terpaku di tempatmu, tanpa bisa
mengucapkan sepatah kata pun padaku. Dalam diam kau melepasku berlalu.
Aku berjalan sambil menangis, kau mungkin tak tahu. Atau mungkin kau
tahu, tapi kau tidak peduli lagi padaku. Tak ada kata-kata perpisahan
waktu itu, namun dalam hati kecilku, aku menyadari bahwa semua sudah
berakhir. Di tengah isak tangis, ku dikejutkan dengan getar telepon
genggamku. Ternyata pesan singkat darimu,
"sayang adek....begitu terasa, begitu menyiksa, tapi aku suka
Membaca pesanmu, hatiku kembali bergetar. Aku bahagia, sekaligus sangat takut kehilanganmu. Dan aku hanya mampu membalas,
"Jangan lupakan aku..." kalimat yang benar-benar menyerah pada keadaan.
"Tanpa kau minta pun, akan aku lakukan hal itu", jawabmu.
Itulah akhir dari sebuah cerita,
"sayang adek....begitu terasa, begitu menyiksa, tapi aku suka
Membaca pesanmu, hatiku kembali bergetar. Aku bahagia, sekaligus sangat takut kehilanganmu. Dan aku hanya mampu membalas,
"Jangan lupakan aku..." kalimat yang benar-benar menyerah pada keadaan.
"Tanpa kau minta pun, akan aku lakukan hal itu", jawabmu.
Itulah akhir dari sebuah cerita,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar