Puisi

Rabu, 18 Maret 2015

Saat Guru Bahasa Menjadi Guru PKK

Guru dan murid sejatinya sama. Sama-sama belajar dalam memahami hal baru. Seperti guru bahasa yang tiba-tiba ditunjuk menjadi guru PKK. Mata pelajaran yang tidak linier. Namun, tetap harus diajarkan demi menunaikan tugas dengan baik. Gurunya belajar, murid pun belajar. Guru semalam lebih pintar dari murid.

Teknik Baca Puisi di Atas Pentas

Syarat-syarat:

  • Volume suara harus bisa menjangkau seluruh penonton
  • Artikulasi harus tepat dan jelas
  • Ekspresi atau mimik wajah disesuaikan dengan isi puisi
  • Intonasi harus diatur sesuai dengan isi puisi dan dengan pemenggalan kalimat atau frasa yang sesuai
  • Gestur yang sesuai
  • Pandangan mata atau kontak mata dengan penonton, tidak terpaku pada teks
Langkah-langkah:
  1. Yakinlah bahwa anda sudah berpenampilan rapi sesuai dengan isi puisi yang akan dibaca
  2. Berdirilah dengan tegak di atas pentas, kuasai diri, dan juga kuasai penonton
  3. Berikan salam atau penghormatan ke seluruh penjuru kepada penonton
  4. Hayatilah puisi yang akan anda baca
  5. Bacalah puisi dengan memerhatikan syarat-syarat di atas
  6. Aturlah napas sesuai dengan penggalan-penggalan kalimat atau frasa 
  7. Pusatkan perhatian pada puisi yang dibaca tanpa terpengaruh oleh penonton

Menjelek-jelekkan Orang Lain, Hobi atau Karakter?

Alkisah...akhir-akhir ini saya dibuat heran dengan tingkah laku seseorang di lingkungan saya. Sebut saja Bebek. Bebek selalu saja menjelek-jelekkan orang lain. Merasa dirinya paling hebat sendiri. Ingin menjadi yang paling benar sendiri.

Pada suatu hari, Bebek mendekati saya dan memulai kebiasannya itu. Awal saya mengenalnya, saya anggap itu sebagai hal yang tidak serius. Tetapi, karena frekuensinya menjadi semakin sering, bahkan bisa dibilang selalu menjelek-jelekkan orang lain, lama-kelamaan saya mulai gerah sendiri dengan tingkah lakunya.

Pertanyaan saya, hobi atau karakter kah itu? Saya jadi bingung. Jika itu sekadar hobi, maka tolonglah bebek, anda bisa mulai menekuni hobi yang baru, yang tentu saja lebih positif dan bermanfaat. Jika itu sudah menjadi karakter anda, bebek, maka saya harus menyampaikan bahwa saya punya pekerjaan lain yang menunggu, yang lebih penting daripada mendengarkan kwek-kwekkan anda. Mohon maaf dan Terima kasih.

Perkataan Lebih Tajam daripada Pedang

Perkataan lebih tajam daripada pedang, ya...itulah istilah yang cocok untuk menggambarkan betapa ampuhnya perkataan seseorang sehingga dengan begitu mudahnya menyakiti hati orang lain. Hal tersebut bisa dilakukan dengan kesadaran ataupun ketidaksadaran. 

Apabila perkataan kita sampai menyakiti hati orang lain, terlebih karena disengaja, maka kita bisa disebut sebagai orang yang keji. Dan, bila itu dilakukan tanpa sengaja, maka kita bisa disebut sebagai orang yang tidak pandai mengolah rasa, tidak bisa memahami kondisi orang lain, ataupun orang yang tidak tahu pantas tidaknya sebuah perkataan disampaikan.

Dalam kehidupan sosial, tentu kita banyak bersinggungan dengan orang lain. Ketika kita harus berkomunikasi dengan rekan, patner, teman, ataupun yang lainnya, maka "bahasa" kita adalah alat penyampai nomor satu. Perkataan kita kepada orang lain, sudah sepantasnya patut untuk dijaga, berhati-hati dalam berbicara. Jika kita tidak memahami aturan ini, maka bisa jadi, niat kita yang sebenarnya baik justru disalahartikan karena cara penyampaian kita yang tidak baik. Untuk itu, niat dan tujuan yang baik harus disertai pula dengan cara penyampaian yang baik.
Sudah banyak terjadi kesalahpahaman hanya karena cara penyampaian yang kurang baik. Pada akhirnya menimbulkan permusuhan, perlawanan, dan kebencian. Bahkan bagi para darah muda, hal itu bisa menjadi perkelahian. 

Kita harus mengingat bahwa setiap perkataan yang keluar dari mulut kita akan menjadi hal yang mesti dipertanggungjawabkan. 

Berhentilah menyakiti hati orang lain dengan cara menimbang-menimbang terlebih dahulu segala sesuatu yang akan kita ucapkan.

Terlalu banyak air mata yang mengalir, lantas menyisakan dendam karena "Perkataan yang Lebih Tajam daripada Pedang"

(Terinspirasi dari kejadian yang dialami oleh seorang teman)