Aku menulis konten ini bersamaan dengan aktivitas makan buah jeruk. Kau tahu jeruk? Yaa..buah yang banyak vitamin C-nya, bentuknya bulat, warnanya kuning kehijauan, dan rasanya adalah asam manis.
Seperti kehidupan ini, kadang terasa manis, tapi kadang juga harus mencecap rasa asam. Mau manis atau asam...itu merupakan tugas dari lidah yang menentukan. Mau sedih atau bahagia...itu tugas hati yang merasakan.
Kebetulan jeruk yang kumakan saat ini rasanya asam, pas banget dengan kondisi hati yang sedang kurang ceria. Boleh dibilang sedih, malu, dan kecewa. Entah sudah kali ke berapa perasaan semacam ini muncul. Silih berganti antara tangis dan tawa.
Pernah kah kau merasakan rasanya terpojok? Merasa tidak berdaya dan tak tahu harus berbuat apa. Maju salah, mundur juga salah. Mau diam saja tapi rasanya sakit, sedangkan berbicara justru akan menambah situasi makin tidak kondusif.
Konflik semacam itu terjadi di saat apa yang kita pikirkan berbeda sudut pandang dengan yang orang lain pikirkan. Bagi sebagian orang, itu hal biasa tetapi bagi sebagian yang lain, itu dianggap persoalan yang besar. Titik temu konflik itu ada di mana? Entah... Sampai kapan akan selalu berbeda pandangan? Entah... Sampai berapa kali kejadian serupa akan berulang? Juga entah...
Manajemen konflik yang baik benar2 diperlukan. Pengendalian diri, kesabaran, dan sekawanan dari hal itu harus dipunyai. Biar tidak oleng, biar tidak tumbang, biar tidak nangis2 Bombay, dan bla..bla..bla...
Terlebih jika kondisi itu justru disebabkan oleh orang terdekat kita sendiri...