Di sebidang kebun yang sunyi, ada sebuah tempayan yang lama sekali tak terpakai. Di dalam tempayan itu terdapat seekor Katak. "Hai...nyamuk-nyamuk kecil, kemari kalian, aku adalah penguasa jagad ini, kalian harus menurut padaku," ucap Katak menyombongkan diri.
Nyamuk-nyamuk yang hidup di dalam tempayan itu selalu jadi korban kebuasan Katak. Mereka semua harus rela menjadi santapannya.
"Hai Katak, kamu boleh makan kami, tapi jangan makan telur-telur kami, dan jangan makan kakek nenek kami yang sedang sakit," pinta seekor nyamuk.
"Hai Nyamuk, aku adalah raja di sini, aku yang berkuasa, tidak ada yang lebih kuat dariku, ha..ha.." Katak tertawa terkekeh-kekeh mendengar permintaan Nyamuk.
"Katak jangan sombong kamu, di luar sana masih banyak makhluk yang lebih besar dan kokoh dari kamu."
"Hah, apa katamu, di luar sana?" Katak merasa tersinggung dengan ucapan Nyamuk. Dengan sekuat tenaga, Katak melompat keluar dari tempayan itu. "Wah...ternyata di sini jauh lebih luas dan lebih indah, dunianya berwarna-warni," ucap Katak keheranan.
Saking asyiknya mengamati keindahan alam, Katak menyandung kaki sapi, "Auu...benda apa ini?" umpat Katak.
"Hemmmmoooooo...aku adalah sapi, kamu siapa? Aku belum pernah melihatmu?" tanya Sapi kepada Katak.
"Aku Katak penguasa dunia," kata Katak dengan nada sombongnya.
"Apa? Penguasa dunia? Dengan tubuhmu yang kecil itu?" tanya Sapi yang mulai dibuat jengkel dengan kesombongan Katak.
"Hai, Sapi, lihat aku. Aku akan membesar melebihi tubuhmu!"
Dengan sekuat tenaga, Katak meniup perutnya sampai membesar. "Hai Sapi, lihatlah tubuhku kuat dan perkasa."
"Apa? Tubuhmu masih kecil....bandingkan saja dengan kakiku, belum seberapa!"
Merasa tertantang, Katak terus meniup tubuhnya hingga membesar, membesar, dan membesar. AKhirnya Katak sombong itu meletus karena perutnya tidak kuat lagi manahan udara. Karena kesombongannya, maka Katak itu akhirnya celaka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar