Pagi ini penuh semangat aku berangkat. Mengulum senyum menyapa anak-anak. Aku sedang terlalu bergembira saat mendengar kabar itu. Kabar mengagetkan yang datang dari salah seorang murid.
Dia, muridku yang pintar, cantik, dan baik tiba-tiba memutuskan untuk berhenti sekolah. Tidak mau sekolah lagi.
Kabar yang sampai di telingaku sungguh membuat hati ini kecewa. Dia terpaksa harus menikah secepatnya. Menerima efek perbuatannya sendiri. Karena kehamilan itu sudah menginjak bulan kelima.
Ah, suaraku tercekat di kerongkongan. Bingung harus berkata apa. Kecewa dan marah. Bukan padanya tetapi lebih kepada situasi ini. Aku merasa iba kasihan padanya, tapi perlukah?
Usianya belum genap 17 tahun. Dia melompati pagar yang terlalu tinggi, dan akhirnya dia tersangkut dalam permsalhan kehidupan ini.
Sejak kedua orangtuanya bercerai, dia diasuh oleh mbahnya. Sayang memang, tapi bahkan terlalu sayang. Membebaskan cucunya itu melakukan apa saja. Tanpa bimbingan.
Ya Allah...situasi ini membuatku kehilangan semangat. Memikirkan anak-anakku yang lain. Jangan sampai ya Allah... Bimbinglah langlah mereka. Jangan lagi ya Allah.... Jadikan mereka sebagai generasi yang paham ajaran-Mu. Generasi yang berjalan menuju kecintaan kepada-Mu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar